Menyingkap Topeng Perjalanan Miradj

Kalau perjalanan Isra secara esensi merupakan dongeng yang sengaja dikarang Muhammad guna menepis kecurigaan orang Quraisy atas kemungkinan keterlibatannya pada peristiwa pencurian yang gagal di lembah Dhajnan, maka perjalanan Miradj sesungguhnya secara esensi merupakan alat Muhammad yang sengaja dibuat untuk mengelabui dan mempengaruhi Zaid bin Haritsah dan Siti Zainab agar bersedia bercerai yang mana untuk selanjutnya Muhammad leluasa mengambil Siti Zainab sebagai istrinya.

Kaum muslim berkhayal menyangka dongeng perjalanan Miradj itu merupakan peristiwa suci atau peristiwa rohaniah yang melibatkan kekuasaan Tuhan. Muslim meyakini hal ini hanya berdasarkan Surat Al Isra : 1. Padahal ayat ini juga merupakan kreasi yang keluar dari mulut Muhammad sendiri. Di mana letak kesucian perjalanan Miradj itu jika ujung-ujungnya dimanfaatkan Muhammad untuk mengelabui Zaid dan Zainab istrinya serta mengelabui masyarakat Arab yang ada di Mekkah? Jelas, moralitas kisah Miradj ini jatuh ke titik nadir. Apalagi mengatasnamakan surga dan para nabi yang diceritakan telah ada di dalamnya.


Untuk mengetahui kepersisan kisah Miradj ini, berikut dikutipkan sebuah hadis shahih yang diriwayatkan oleh Abu Said Al-Khudri.


Ibnu Ishaq berkata Abu Sa'id Al-Khudri berkata bahwa Rasulullah saw bersabda, "Kemudian Malaikat Jibril membawaku ke langit kedua. Di sana terdapat dua anak bibi yaitu Isa bin Maryam dan Yahya bin Zakaria. Kemudian Malaikat Jibril membawaku naik ke langit ketiga. Di sana terdapat orang laki-laki yang postur tubuhnya seperti bulan pada saat purnama. Aku bertanya, "Siapa orang ini, wahai Jibril?" Malaikat Jibril menjawab, "Ini saudaramu, Yusuf bin Yakub." Kemudian Malaikat Jibril membawaku naik ke langit keempat. Di sana terdapat orang laki-laki. Aku bertanya, "Siapa orang ini, wahai Jibril?" Malaikat Jibril menjawab, "Dia Idris." Kemudian Rasulullah saw membaca ayat, "Dan kami mengangkatnya ke tempat yang tinggi." Kemudian Malaikat Jibril membawaku naik ke langit kelima. Di sana terdapat orang tua yang rambut, jenggotnya memutih, lebat dan aku tidak pernah melihat orang tua setampan dia. Aku bertanya, "Siapa dia, wahai Jibril? Malaikat Jibril menjawab, "Dia orang yang dicintai di kaumnya, yaitu Harun bin Imran." Malaikat Jibril membawaku naik ke langit keenam. Di sana terdapat orang yang berwarna kulit sawo matang, tinggi, berhidung mancung dan ia seperti orang dari kabilah Syanu'ah. Aku bertanya, "Siapa dia, wahai Jibril?" Malaikat Jibril menjawab, "Dia saudaramu, Musa bin Imran." Kemudian Malaikat Jibril membawaku naik ke langit ketujuh. Di sana terdapat orang tua sedang duduk di atas kursi di pintu Baitul Makmur dan dalam setiap harinya ia didatangi tujuh puluh ribu malaikat yang tidak keluar dari padanya hingga hari kiamat. Aku tidak pernah melihat seseorang yang amat mirip dengan sahabat kalian(beliau sendiri) dan sahabat kalian tidak mirip dengan siapapun kecuali mirip dengannya. Aku bertanya, "Siapa dia, wahai Jibril?" Malaikat Jibril menjawab, "Dia ayahmu, Ibrahim."


Kemudian malaikat Jibril membawaku masuk ke surga. Di surga, aku melihat perempuan yang berwarna hitam agak kemerahan. Aku bertanya kepadanya, "Engkau milik siapa?" Aku sungguh terpesona dengannya ketika melihatnya. Wanita tersebut berkata, "Aku milik Zaid bin Haritsah."


Kemudian Rasulullah saw memberitahu hal ini kepada Zaid bin Haritsah.


Sumber: Sirah Nabawiyah Ibnu Hisyam jilid 1, bab 75, halaman 368.


Apa yang bisa kita lihat dari pembacaan teks hadis Abu Sa'id Al-Khudri di atas?


Pertama, Muhammad secara lancang jmenempatkan para nabi Alkitab di level yang jauh di bawah seorang perempuan yang saat itu bukan nabi atau rasul dan masih hidup. Perempuan itu juga pada akhirnya menjadi anggota salah satu haremnya nabi Islam. Alih-alih penghormatan, cara Muhammad menempatkan para nabi di bawah level seorang wanita 'selingkuhan' merupakan bentuk penghinaan terhadap nabi-nabi Israel. Sangat berbeda dengan klaim yang menyatakan Muhammad menghormati para nabi itu.


Kedua, cerita bagaimana di tempat perhentian terakhirnya Muhammad bertemu dan terpesona dengan seorang perempuan yang ternyata adalah Siti Zainab istri Zaid bin Haritsah(anak angkatnya sendiri) menunjukkan pemujaan berlebihan atas kecantikan menantu angkatnya yang kelak menjadi anggota haremnya.


Mungkin orang mengira bahwa inti dari kisah perjalanan Miradj itu adalah perkara sholat lima waktu. Bukan! Inti dari kisah ini seperti yang sudah disinggung di awal justru tentang bagaimana Muhammad mengarang dongeng yang dimaksudkan agar Zaid bin Haritsah mudah saja menceraikan Siti Zainab istrinya supaya selanjutnya dapat dikawini sang nabi Islam. Hal ini dapat kita lihat di akhir kisah Miradj di atas, di mana Muhammad sendiri memberitahukan kisah itu kepada Zaid bin Haritsah. Dan di dalam kitab sirah yang ditulis Ibnu Sa'ad kita bisa baca bahwa setelah mengisahkan cerita itu Muhammad mengirim sahabatnya menemui Zaid bin Haritsah untuk memberitahu sang anak angkat bahwa nabi Islam telah dinikahkan Allah swt di surga.


Ada satu cerita menarik dari hadis sahih Bukhari yaitu tentang bagaimana Siti Zainab yang suka membanggakan perkawinannya dengan Muhammad. Siti Zainab selalu berkata bahwa yang menikahkan dirinya adalah Allah swt. Pernyataan Siti Zainab dapat dijadikan indikasi tambahan memastikan bahwa kisah Miradj memang sengaja Muhammad karang agar ia mudah menyingkirkan anak angkatnya demi memperoleh sang menantu angkat Siti Zainab. Duh, merebut menantu angkatnya sendiri Muhammad sampai mengarang cerita dongeng atau cerita isapan jempol.

Komentar

Postingan Populer