Kisah Asli Di Balik Perjalanan Isra

Perjalanan Isra merupakan salah satu peristiwa di dalam iman Islam yang dianggap mengandung nilai spiritual atau nilai rohani yang tinggi. Kaum muslim seperti merasakan adanya pengalaman rohani setiap kali memperingati atau merayakannya. Para ulama pun rajin menggadang-gadangnya untuk membuktikan kebenaran kenabian dan kerasulan Muhammad. Dan ini menambah kekaguman dan rasa hormat kaum muslim kepada nabinya.


Tetapi, di tempat lain, para ulama berselisih pendapat. Terutama menyangkut perkara apakah Muhammad melakukan perjalanan Isra secara fisik atau hanya ruhnya saja. Perselisihan pendapat ini sepertinya merupakan terusan dari perselisihan para ulama kuno yang masa hidupnya kurang lebih sezaman dengan Muhammad sendiri. Hal ini dapat kita ketahui dari pembacaan beberapa kitab-kitab hadis.


Kalau mau jujur, sebenarnya perjalanan Isra itu bukan perjalanan fisik atau perjalanan rohani sebagaimana yang diasumsikan para ulama dan umat Islam. Perjalanan Isra itu tidak lain hanyalah mimpi Muhammad. Ini ditegaskan sendiri oleh Allah swt sang sesembahan Islam. Penegasan Allah swt ini bisa kita baca dari Al Quran surat 17 : 60 ;


Dan (ingatlah), ketika kami wahyukan kepadamu,"Sesungguhnya (ilmu) Tuhanmu meliputi segala manusia. Dan kami tidak menjadikan mimpi yang kami dan (begitu pula) pohon yang terkutuk di dalam Al Quran. perlihatkan kepadamu, melainkan sebagai ujian kepada manusia. Dan kami menakut-nakuti mereka, tetapi yang demikian itu hanyalah menambah kedurhakaan mereka."


Dengan mencermati keterangan berbagai hadis, penulis berkesimpulan bahwa kisah perjalanan Isra ini sama sekali tidak ada nilai religiusitasnya. Kisah Isra ini semata-mata dongeng isapan jempol yang dikarang Muhammad untuk tujuan tipu daya. Mengapa dikatakan demikian? Jawabnya, karena kisah Isra ini sesungguhnya adalah dongeng yang dikarang sebagai alibi menepis kecurigaan orang Quraisy atas peristiwa percobaan pencurian yang gagal di lembah Dhajnan.


Dalam peristiwa Dhajnan, seseorang diketahui hampir tertangkap tangan mencuri barang-barang milik kafilah bani fulan yang sedang beristirahat tidur malam. Sangat mungkin orang Quraisy mencurigai keterlibatan Muhammad di situ. Gosipnya kemungkinan besar juga sudah menyebar mendahului munculnya kisah dongeng Isra ini. Buktinya, para ulama kuno melaporkan bahwa ada banyak kaum mukmin ketika itu yang murtad alias meninggalkan Islam. Kemurtadan ini memperlihatkan banyaknya kaum mukmin yang kehilangan kepercayaan atas kredibilitas nabinya. Merosotnya kredibilitas Muhammad justru diperparah oleh bualan perjalanan Isra. Allah swt sendiri menurut Quran surat 17 : 60 menyesal memperlihatkan mimpi Isra kepada Muhammad. Bukannya menambah keimanan beberapa kaum mukmin tetapi malah menyebabkan hilangnya keyakinan mereka kepada sang nabi. Merosotnya iman beberapa kaum mukmin oleh kisah perjalanan Isra yang diceritakan Muhammad harus dijadikan catatan yang patuh menggugah kecurigaan kita terhadap niat Muhammad.


Di dalam kitab sumber Islam, kita bisa membedakan dua versi kisah perjalanan Isra. Versi pertama penuh khayalan. Versi kedua terlihat lebih rasional. Tapi versi kedua tidak pernah disinggung dalam perayaan Isra dan Miradj manapun. Padahal versi kedua ini jauh lebih masuk akal tentang apa yang sesungguhnya sedang berlangsung di malam Isra itu. Terlebih lagi sumber periwayatannya adalah Ummu Hani yang pernah mengingini Muhammad menjadi suaminya. Dan di malam Isra itu sendiri ternyata Muhammad tengah tidur berdua di rumah perempuan yang telah menjanda itu. Keberadaan nabi Isra di rumah sang janda menunjukkan kedekatan mereka berdua. Oleh kedekatan ini kita bisa menyebutkan bahwa pengakuan soal apa yang terjadi selama dalam perjalanan ke Baitul Maqdis kepada Ummu Hani merupakan pengakuan yang lebih akurat.


Berikut ini adalah kutipan hadis yang diriwayatkan oleh Ummu Hani yang bersumber dari kitab Sirah Nabawiyah Ibnu Hisyam jilid 1, bab 74, halaman 363;


Ibnu Hisyam berkata bahwa seperti yang disampaikan kepadaku dari Ummu Hani binti Abdul Muththalib ra(nama aslinya Hindun) tentang Isra Rasulullah saw, Ummu Hani berkata, "Rasulullah saw di-Isra-kan ketika beliau sedang ada di rumahku. Pada malam itu, beliau tidur di rumahku. Beliau shalat Isya akhir, kemudian tidur dan kita juga tidur. Menjelang subuh, beliau membangunkan kita. Setelah beliau shalat subuh dan setelah kami shalat subuh bersamanya, beliau berkata,"Wahai Ummu Hani, sungguh aku telah shalat isya akhir di lembah ini seperti yang engkau lihat, kemudian aku datang ke Baitul Maqdis dan shalat di dalamnya, kemudian aku mengerjakan shalat subuh bersama kalian seperti yang kalian lihat." Kemudian Rasulullah saw keluar dan aku tarik ujung pakaiannya hingga perut beliau terlihat dan perut beliau seperti kain Mesir yang dilipat. Aku berkata kepada beliau,"Wahai nabi Allah, jangan ceritakan peristiwa ini kepada manusia, sebab mereka nanti mendustakanmu dan menyakitimu." Rasulullah saw bersabda, "Demi Allah, aku pasti menceritakan peristiwa ini kepada mereka." Aku berkata kepada budakku dari Habasyah, "Celakalah engkau, buntutilah Muhammad saw hingga engkau dengar apa yang beliau katakan kepada manusia dan apa yang dikatakan manusia kepada beliau." Ketika Rasulullah saw bertemu dengan manusia, beliau bercerita kepada mereka dan mereka keheranan. Mereka berkata, "Hai Muhammad, apa buktinya, sebab kami tidak pernah mendengar cerita seperti ini sebelumnya." Rasulullah saw bersabda, "Buktinya, aku melewati kafilah bani Fulan di lembah ini dan di lembah itu. Mereka lari kocar-kafir karena mendengar suara hewan. Aku panggil mereka ketika aku sedang berjalan ke arah Syam. Aku terus berjalan hingga tiba di daerah Dhajnan, aku melewati kafilah bani Fulan dan mendapati kafilah tersebut sedang tidur. Mereka mempunyai tempat berisi air dan menutupinya dengan sesuatu, kemudian aku buka tutupnya, minum air yang ada di dalamnya dan menutupnya lagi seperti semula. Bukti lain, bahwa kafilah itu sekarang singgah di Baidha di Tsaniyyatun Tan'im. Mereka didahului unta warna abu-abu dan di unta tersebut terdapat dua karung; satu karung berwarna hitam dan karung satunya bersinar(putih)." Orang-orang segera pergi ke Tsaniyyah dan mereka mendapatkan apa yang telah dijelaskan Rasulullah saw kepada mereka. Mereka bertanya kepada kafilah tersebut tentang bejana air, kemudian kafilah tersebut menjelaskan bahwa mereka mengisinya penuh dengan air dan menutupnya setelah itu tidur. Ketika mereka bangun tidur didapati bejana tersebut tertutup seperti semula, namun mereka tidak mendapatkan air di dalamnya. Mereka juga bertanya kepada orang-orang lain di Mekkah, kemudian orang-orang yang ditanya tersebut menjawab, "Demi Allah, dia berkata benar. Sungguh, kita lari kalang kabut di lembah seperti yang dia sebutkan, kemudian kami mendengar suara orang memanggil dan kami datang kepadanya."


Apa yang kita dapat dari kisah di atas?


Pertama, Ummu Hani melarang keras Muhammad menceritakan kisah tersebut kepada orang-orang Quraisy karena selain tidak masuk akal, juga mudah ditebak apa yang tejadi sesungguhnya di balik kisah Isra itu. Ummu Hani sebagai orang terdekat Muhammad malam itu pastilah tahu kalau Muhammad berbohong mengatakan bahwa dirinya dalam tempo singkat bisa pergi pulang ke Baitul Maqdis dan bersembahyang di dalamnya. Demi mencegah bohong ini disebarkan Muhammad, Ummu Hani sampai harus memerintahkan budaknya mengawasi Muhammad.


Kedua, Muhammad tidak menceritakan segala sesuatu terkait 'tempat sembahyang' bernama Baitul Maqdis. Muhammad malah lebih asyik menceritakan lumayan detail apa yang dilihat dan dialaminya di Dhajnan. Pertemuannya dengan kafilah bani Fulan yang sedang tidur alias beristirahat. Perhatiannya kepada warna unta kafilah, pada jumlah dan warna karung harta yang ditransportasikan kafilah, bejana air kafilah dan hewan yang membuat anggota kafilah lari kocar-kacir. Mengherankan, mengapa justru Baitul Maqdis yang merupakan salah satu fokus perjalanan ajaib nabi Islam ini justru tak dapat digambarkan Muhammad sama sekali kepada Ummu Hani? Ini sangat mencurigakan akal sehat kita. Dalam kitab Sirah Nabi yang ditulis Ibnu Sa'ad di p8. 48, Muhammad dikatakan mengaku tidak menghitung jumlah pintu Baitul Maqdis ketika ia ditanya jumlah pintunya. Anehnya, di dalam jawaban Muhammad berkenaan dengan pertanyaan orang Quraisy tentang jumlah pintu Baitul Maqdis, ia mengatakan bahwa yang dilihatnya ketika itu juga justru iring-iringan kafilah dagang bani Fulan.


Ketiga, Muhammad mengaku meminum habis cadangan air kafilah. Ini jelas membantah bahwa Muhammad ditransportasikan secara ajaib dengan kuda terbang berkepala manusia. Perjalanan ajaib tak mungkin menjadikan pesertanya mengalami kehausan yang luar biasa. Betapa hausnya Muhammad sehingga ia mampu menghabiskan satu bejana penuh air minum. Tentulah kehausan Muhammad muncul karena ia sebenarnya melakukan perjalan fisik yang berat dan menguras tenaga yaitu berjalan kaki di gurun yang kering atau paling tidak naik kuda atau unta.


Keempat, Muhammad mengatakan bahwa ketika ia sampai di Dhajnan malam itu ia disambut hewan yang suaranya menyebabkan anggota kafilah dagang bani fulan kocar-kacir. Hewan apa yang suaranya di malam hari yang dapat menyebabkan orang sibuk dan kocar-kacir? Sebelum menjawabnya perlu kita ingat bahwa Islam atau Muhammad sangat membenci anjing dan menajiskannya. Tentu ada alasan besar yang membuat mengapa Islam atau Muhammad sangat membenci hewan yang sangat setia ini.


Ingat, Muhammad dan pengikutnya pada periode berikutnya hidup dari barang jarahan. Adapun barang yang Muhammad dan Islam jarah adalah komoditi dagang kafilah-kafilah Quraisy yang mereka cegat dan serang di tengah jalan. Pencegatan dan penyerangan kafilah dagang Quraisy bisa dilaksanakan berkat masuk Islamnya sejumlah suku-suku padang pasir yang doyan berperang dan menjarah seperti bani Al-Khazraj dan bani Al-Auz. Sebelumnya, di tengah situsi ekonomi Muhammad dan pengikutnya yang miskin dan kelaparan, dan ketiadaan kekuatan bersenjata, Muhammad dan beberapapengikutnya terpaksa menjadi maling malam terhadapkafilah dagang yanghilir mudik antara Syam dan Yaman, disamping siang harinya mengemis di pasar-pasar orang Yahudi.


Tentu kafilah dagang Quraisy dijaga oleh anjing-anjing penjaga sebab anjung bisa memberitahukan pemiliknya akan kehadiran orang lain terlebih kehadiran para penggangu. Mudah disimpulkan bahwa kuatnya kebencian Muhammad kepada anjing mungkin disebabkan binatang yang lucu dan setia ini membuat Muhammad dan pengikutnya gagal mencuri barang komoditi bani fulan. Anjing menggonggong kafilah berlalu, ini adalah pepatah Melayu yang berasal dari orang Arab yang mungkin dulunya dibuat untuk mengejek atau menyindir Muhammad dan Islam.


Jadi, lucu sekali, bahwa perayaan atau peringatan yang dilakukan kaum muslim atas peristiwa Isra ini sesungguhnya adalah pengagungan kejahatan nabi mereka yang lebih memilih mejadi seorang maling untuk memenuhi nafkahnya alih-alih berpeluh memeras tenaga dan fikiran kreatifnya. Memprihatinkan sekali.

Komentar

Postingan Populer