Baitul Maqdis, Apakah Itu?

Bila mendengar nama Baitul Maqdis disebutkan, orang-orang langsung teringat dengan Masjid Al-Aqsa. Meskipun Masjid Al-Aqsa bukan buatan Muhammad dan bukan pula tempat yang sungguh pernah dijadikan Muhammad tempat sholatnya, namun Masjid Al-Aqsa saat ini diklaim umat muslim dan negara-negara yang mayoritas penduduknya beragama Islam sebagai tempat sucinya yang ketiga. Masjid ini sekarang bahkan dijadikan kaum muslim sebagai dalih untuk menguasai kota Yerusalem. Bahkan karena keberadaan Masjid ini, kaum muslim sampai nekat membuat bualan yang menyatakan seakan-akan tanah leluhur orang Yahudi adalah tanah milik islam dan kaum Arab. Dan mengatakan orang Yahudi tidak punya kaitan kesejarahan dengan tanah Palestina.


Karena tidak tahu apa sesungguhnya Baitul Maqdis itu, kaum muslim mengira bahwa Baitul Maqdis sama dan sebangun dengan Masjid Al-Aqsa. Padahal, Masjid Al-Aqsa berbeda dengan Baitul Maqdis. Masjid Al-Aqsa dibangun oleh Malik bin Marwan sekitar 70 tahun setelah kematian Muhammad, sedangkan nama Baitul Maqdis telah disebutkan Muhammad ketika kaum muslim belum Hijrah ke Yathrib. Lucunya, di dalam biografi Muhammad yang ditulis Ibnu Ishaq, Muhammad mengatakan Baitul Maqdis itu bentuknya semacam benda yang dapat diangkat-angkat ke atas dan ke bawah. Padahal Muhammad juga mengaku melakukan sholat di dalamnya. Aneh sekali, gambarannya seperti rumah terapung-apung.


Nama Baitul Maqdis sendiri, pertama kali dapat kita temukan ada di dalam hadis-hadis maupun di dalam biografi Muhammad berkaitan dengan dongeng Islam tentang perjalanan malam yang dilakoni Muhammad. Kita tahu bahwa Muhammad mengaku melakoni perjalanan ajaib dalam satu malam menggunakan Bouraq. Apa itu Bouraq? Bouraq adalah kuda terbang berkepala perempuan yang aslinya dapat kita temukan dalam salah satu cerita dongeng Persia kuno tentang perjalanan nabi Vohuman ke surga agama Zarathustra. Dalam tradisi Islam sendiri, perjalanan malam yang dilakoni Muhammad dengan kuda terbang menuju Baitul Maqdis disebut perjalanan Isra. Dan ini diperingati dan dirayakan sebagai kisah penuh mukjizat dan kuasa Ilahi penambah keimanan umat Islam.


Di luar tambahan keterangan dari penterjemah, di dalam kitabriwayat Muhammad, kita tidak pernah menemukan nama Yerusalem sebagai daerah lokasi berdirinya Baitul Maqdis. Yang ada ialah Muhammad dicatat diperjalankan oleh Bouraq ke arah Syam. Di mana, berdasarkan namanya, daerah Syam sama dengan daerah Suriah sekarang. Lalu, apakah di masa Muhammad, daerah Syam mencakup Judea tempat berdirinya Baitul Maqdis itu? Wallahuallam.,


Di dalam kitab Sirah Nabawiyah Ibnu Hisyam jilid 1, bab 74, halaman 360-361 dikatakan Muhammad memberi keterangan kepada Abu Bakar tentang berbagai hal mengenai Baitu Maqdis dan Abu Bakar mendapat gelar Ash-Shiddiq karena selalu membenarkan apapun penjelasan Muhammad. Di dalam Sirah Nabawiyah karya Ibnu Sa'ad, p8.448, dikatakan bahwa Muhammad mengaku tidak memperhatikan sosok Baitul Maqdis itu seperti apa, termasuk tidak menghitung jumlah pintunya, melainkan hanya memperhatikan kafilah dagang bani Fulan yang melintas ke Syam. Masuk akalkah Muhammad tidak memperhatikan tempat yang dikunjunginya kalau ia benar-benar mengunjungi tempat itu?


Dengan menyelidiki keterangan dari berbagai penulis hadis, bisa disimpulkan bahwa sebenarnya perjalanan Isra itu tidak pernah terjadi. Cerita perjalanan Isra hanyalah bualan Muhammad yang memperlat nama Baitul Maqdis yang berasal dari bahasa Ibrani, Beth Ha Miqdash. Jadi, sesungguhnya Muhammad menggunakan tempat tertentu yang terdapat dalam cerita iman orang Yahudi untuk mengarang cerita isapan jempol untuk kepentingan pribadinya sendiri.


Sekarang, kita perlu bertanya, apakah Beth Ha Miqdash itu? Harap dicamkan, Beth Ha Miqdash sesungguhnya adalah ruangan maha suci yang merupakan bagian terpenting dari rumah sembahyang Yahudi yang didirikan raja Shalomo. Disebut ruang maha suci karena di sana di simpan tabut perjanjian yang berisikan dua lempeng batu yang bertuliskan sepuluh perintah Yahwe. Di atas tabut itu terdapat Shekenah(Arab, Sakinah) Yahwe atau tanda kehadiran kemuliaan Yahwe di tengah-tengah Israel. Shekenah Yahwe berupa api yang nyalanya abadi dan bukan karena dinyalakan minyak atau apapun. Shekenah Yahwe posisinya dikelilingi sepasang Kerub atau ukiran dari sepasang Malakh Yahwe yang sayapnya dibentangkan sepanjang tepi tabut perjanjian.


Ruang maha suci ini hanya boleh dimasuki imam besar atau imam kepala. Ia dibantu oleh dua belas pembantu imam yang tugasnya membersihkan ruangan tersebut serta mengganti roti sajian dan persembahan kudus setiap hari. Pembantu imam ini bertugas bergilir ganti-berganti setiap tahun. Setiap pembantu imam mewakili satu suku Israel. Zakaria, bapaknya Yohannes Pembabtis adalah salah satu contoh dari keduabelas imam yang bertugas mewakili salah satu suku Israel melayani di ruang maha suci atau Beth Ha Miqdash.


Sewaktu Muhammad mengarang dongeng perjalanan Isra, yang namanya Beth Ha Miqdas alias Baitul Maqdis sudah tidak ada. Bangunan ini sudah dihancurkan oleh penjajah Romawi di tahun 70 M. Namun demikian, orang-orang Yahudi sebagian masih menghadapkan wajah mereka ketika berdoa kepada Yahwe. Tujuannya tidak lebih dari upaya melepas rindu terhadap tanah leluhur mereka, Galilea, Samaria, Judea, dan Iudaeorum.


Agar klaim kenabiannya mendapat pengakuan dari orangYahudi, Muhammadpun cukup lama pula berpura-pura sebagai orang Yahudi. Salah satu cara yang dilakukan Muhammad berpura-pura beragama Yahudi, Muhammad ikut-ikutan berdoa menghadap Beth Ha Miqdash meniru orang Yahudi yang merindukan kembalinya mereka ke tanah airnya. Muhammad lupa bahwa meskipun Muhammad berdoa menghadap Beth Ha Miqdash, ia masih berdoa di tempat pemujaan berhala di Kabah dan menyeru nama Al-Rahman dan bukan menyeru nama Yahwe, Tuhan Israel. Ini salah satu kesalahan dan kebodohan Muhammad yang tidak disadarinya dan juga tidak disadari kaum muslim.


Di tulisan terdahulu sudah dijelaskan tentang adanya indikasi kuat bahwa dongeng tentang perjalanan Isra itu hanyalah bualan Muhammad yang dia maksudkan sebagai alibi yang diasumsikannya dapat melindungi dirinya dari kecurigaan orang Quraisy atas keterlibatannya dalam peristiwa Dhajnan, tempat di mana seseorang hampir tertangkap tangan mencuri barang-barang kafilah bani fulan.

Komentar

Postingan Populer