Topeng Dan Kosmetik Islam

Di tulisan terdahulu sudah disinggung soal hakekat dari agama Islam yang sama dan sebangun dengan agama Sabian. Jadi agama Islam adalah agama Sabian, dan agama Sabianlah yang menjadi bahan utama bagi pengembangan agama Islam.


Masalahnya, mengapa sampai sejauh ini tidak ada yang menyadari kalau agama Islam sesungguhnya sama dengan agama Sabian? Jawabnya, karena agama Sabian berhasil menyamarkan diri sedemikian rupa sehingga setiap orang yang melihat agama Islam, kalau tidak kritis melihatnya, tidak akan mampu menemukan karakter Sabian di dalamnya. Sama seperti seekor Bunglon yang mengubah corak dan warna tubuhnya, demikian pula Islam adalah agama Sabean yang mengubah banyak corak dan warna keberagamaannya.


Pertama, Islam disangka bukan agama Sabean karena menghilangkan penggunaan nama Sabean menyebut jati dirinya. Islam mengganti nama itu dengan sebutan dienul Allah. Islam juga berani menyebutnya dirinya dengan sebutan Muslimun meskipun sebutan ini awalnya digunakan oleh orang Kristen Najran untuk menyebut diri mereka.


Kedua, Muhammad menghilangkan banyak patung sebagai objek penyembahan di Kabah. Sayangnya muslim dan orang kafir pengkritik Islam lupa kalau Hajar Aswad juga dulunya adalah pecahan patung keramat yang diam di salah satu sudut Kabah.


Ketiga, Muhammad menetapkan satu sesembahan yang nama pribadinya terdapat dalam surat pertama Al-Quran, yaitu Al-Rahman. Nama sesembahan ini disamarkan bersama kata Al-Rahim, sedemikian sehingga seolah-olah Al-Rahman juga merupakan epithet atau nama lain yang mengandung sifat atau karakter pribadi tuhan Islam, yaitu kasih sayang. Islam berdalih bahwa nama Al-Rahman itu masuk ke dalam 99 nama dalam Ism Al-Husna. Dengan cara ini kita jadi lupa kalau nama Al-Rahman sesungguhnya hanyalah salah satu nama berhala orang Yaman kuno yang merupakan daerah dari suku asal kakek moyang Muhammad.


Keempat, Islam membumbui dirinya dengan jargon-jargon yang biasa ditemui di dalam agama Yahudi dan Kristen. Dengan bumbu ini Islam dan kaum muslim nekat memasukkan entitas mereka sebagai kelompok yang sama dengan Yahudi dan Kristen. Celakanya, banyak pula para sarjana kafir yang dengan gegabah menyebutkan Islam adalah agama yang berakar pada tradisi beriman Abraham. Padahal Islam tidak punya kaitan historis dengan moyang orang Yahudi itu.


Kelima, Islam mengatakan ajarannya sudah ada sejak Adam tercipta. Pernyataan ini seperti ini jelas tidak masuk akal dan sangat menggelikan. Bayangkan, kalau begitu, pada saat Adam tercipta, Islam langsung lenyap tanpa bekas hingga waktunya tepat sesaat sebelum Muhammad mengaku menerima wahyu pertama di goa Hiro. Sebab tak pernah diketahui adanya artefak sejarah yang mengindikasikan pernah muncul ajaran agama bernama Islam di zaman Adam hingga ke masa-masa sebelum Muhammad menjadi nabi Islam.


Usaha Islam untuk mengkait-kaitkan dirinya dengan Adam sama dengan usaha mensama-samakan Islam dengan agama Yahudi, dan agama Kristen. Dengan mensama-samakan atau memirip-miripkan dengan agama Yahudi dan Kristen, maka identitas Sabian dari Islam akan terlihat sangat kabur sehingga hampir-hampir tidak terlihat.


Kelima, islam dan muslim selalu bersikeras mengatakan seakan-akan ajarannya sama dengan ajaran agama Yahudi dan Kristen, yaitu karena terdapatnya ajaran Tauhid yang mentunggalkan sesembahannya yang konon menurut muslim sama dengan kata Ekhad dalam bahasa Ibrani. Dalam hal ini pendebat dan pendakwah Islam merujuk kata Ekhad dalam kalimat Shema atau doktrin Alkitab yang melarang orang Israel menyembah tuhan bangsa-bangsa lain di luar Israel. Para pendebat Islam tidak menyadari bahwa kalimat Shema mengandung juga penolakan untuk menyembah Allah Arab yang bernama Al-Rahman yang secara umum disebut kaum muslim dengan sebutan Allah swt. Kaum muslim selalu menyangka kata Ekhad yang konon dekat dengan kata Tauhid itu berbicara tentang jumlah tuhan. Dengan persangkaan yang dibangun dan dipaksakan itu, banyak orang mengira Islam secara substansial bukanlah Sabian.


Keenam, umat Islam meniru sunat yang dijalankan orang Yahudi. Mereka mengira sunat itu bagian dari ajaran Tuhan Israel yang menyangkut kerohanian. Padahal perintah sunat yang dijalankan orang Israel sejak Abraham kakek moyang mereka, diberikan Tuhan Israel sebagai tanda perjanjian Tuhan kepada Abraham akibat dirinya meragukan janji Tuhan akan kelahiran keturunan di dalam masa tuanya. Sunat cuma tradisi yang berakar dari kakek moyang Israel belaka. Hal ini dibuktikan dengan tidak adanya ditemukan aturan sunat dalam kitab Imamat Israel.


Ketujuh, Islam mengharamkan babi meniru pengharaman babi oleh kitab Imamat. Kalau kita bertanya kepada muslim kira-kira apa dasar rohaniah Islam meniru pengharaman babi, mereka tidak akan mampu menjawabnya. Jawaban kaum muslim justru tidak berkenaan dengan alasan rohaniah. Jawaban muslim biasanya keluar dari konteks kerohanian dan akan terlihat jenaka dan sok ilmiah.


Kedelapan, Islam dan umat Islam mempernabikan nabi agama lain yang sebenarnya tidak ada sangkut pautnya dengan agama Muhammad. Celakanya Islam juga mempernabikan Tuhan orang Kristen. Tuhan Kristen kok malah dijadikan nabi. Ada-ada saja!Sekiranya Muhammad pernah mendengar cerita kehebatan Krisna dan Ahuramazda atau juga pernah mendengar cerita kehebatan dewa Amaterasu, kuat diduga Muhammad juga akan mempernabikan sesembahan Hindu, Iran dan Jepang itu. Bukankah hal ini sesuatu yang amat aneh? Bagi orang yang kritis, hal ini memang aneh. Tapi tidak buat nalar muslim yang digadang-gadang sebagai umat manusia satu-satunya yang paling mampu berfikir alias paling cerdas di muka bumi ini.







Komentar

Postingan Populer