Cara Islam Menabikan Musa

Di banyak kesempatan kita sering mendengar kaum muslim mengatakan bahwa Adam sampai Yesus adalah nabi-nabi Islam. Dan setiap kali berdebat atau berdiskusi dengan seorang Kristen, umat muslim tidak pernah lupa menekankan bahwa keimanan mereka tidak akan sempurna kalau mereka tidak mengakui dan tidak mengimani kenabian Yesus. Konon, menurut muslim, Adam sampai Yesus adalah nabi-nabi yang mengajarkan ajaran Tauhid yaitu ajaran yang meng-Esa-kan tuhan dan yang menjadi inti Islam. Karena itu konon Adam sampai Yesus menurut adalah nabi-nabi yang beragama Islam. Masih menurut klaim muslim, Islam itu agama yang sejak awal diberikan Allah swt kepada manusia yaitu kepada Adam. Berdasarkan itu, tidak heran kalau kaum muslim selalu menuduh Yahudi dan Kristen adalah agama yang menyimpang dari Islam dan merupakan buatan orang-orang yang menyembunyikan, memutarbalikkan serta menolak kebenaran Islam. Kaum muslim bahkan menuduh Kristen adalah agama yang menyimpang sejauh-jauhnya menjadi agama penyembah berhala karena menjadikan Yesus sebagai tuhan lain selain Allah swt.


Bagi orang yang berpikiran skeptis, klaim-klaim seperti itu perlu dibuktikan kebenarannya. Mengapa harus dibuktikan kebenarannya? Jawabnya, karena jauh sebelum Muhammad mengaku nabi dan berdakwah di Mekah, Adam sampai Yesus merupakan tokoh-tokoh penting dalam narasi kitab suci agama yang bukan Islam. Mereka adalah tokoh dalam agama Yahudi dan Yesus adalah tokoh yang atas namanya agama Kristen terbentuk.


Mengherankan sekali kalau tokoh yang ratusan tahun sampai ribuan tahun sebelumnya hanya dikenal di agama sebelah tiba-tiba dinyatakan beragama Islam dan mendakwahkan ajaran Islam. Ini ibarat agama baru yang bernama agama SELAMAT dan yang menyembah tuhan bernama Panjul tiba-tiba mengklaim Muhammad sebagai nabinya. Celakanya, agama SELAMAT yang baru ini juga mengklaim bahwa Allah swt yang dipertuhan umat Islam termasuk satu di antara sekian banyak nabi mereka.


Lebih mengherankan lagi ketika Musa yang merupakan peletak dasar agama Yahudi dan bangsa Israel malah dinyatakan muslim sebagai nabi Islam. Padahal sejarah mengindikasikan, tanpa Musa sangat mungkin orang Ibrani tidak menyebut dirinya sebagai bangsa Israel dan sangat mungkin tradisi agama Yahudi tidak akan terbentuk sampai hari ini. Jadi, Musa dan agama Yahudi tidak dapat dipisahkan satu sama lain.


Apakah Islam muncul karena usaha Musa seperti agama Yahudi? Jawabnya, tidak! Kelima kitab Musa tidak satupun memperlihatkan munculnya identitas Islam di dalam karya maupu perbuatan Musa. Dari kelima kitab Musa ini, Musa terindikasi sebagai sosok yang pertama menetapkan paduan empat konsonan YHVH sebagai nama sesembahan Israel. Tidak satupun ayat dalam kelima kitab Musa yang mengindikasikan Musa membuat nama berhala Yamamah, Al-Rahman, yang diimani Islam sebagai nama tuhannya, sebagai sesembahan Israel.


Kalau memang Musa tidak menyebabkan munculnya agama Islam, lalu dari mana jalannya Musa diakui sebagai nabi dalam tradisi keimanan muslim? Untuk menjawabnya perlu kita selidiki kitab-kitab klasik Islam terutama Al-Quran yang bagi Islam otoritasnya berada di atas kitab manapun. Kita coba melihat narasi Alquran tentang Musa. Ada satu ayat dalam surat At-Thaha yang bernomor 9. Ayat itu berbunyi, "Sudahkah sampai kepadamu kisah Musa?" Pendek, namun dari ayat ini kita bisa membayangkan sebuah gambaran pendekatan tentang bagaimana sesungguhnya tokoh Alkitab yang menjadi sokoguru agama Yahudi menjadi nabi agama Islam.


Bayangkan di depan anda ada seorang pendongeng yang sedang bersiap-siap menceritakan dongeng baru. Katakanlah dongeng baru itu tentang Kancil yang cerdik. Tentulah sebelum ia memulai bercerita, ia berpikir ada baiknya ia menanyakan terlebih dahulu apakah calon pendengarnya sudah pernah mendengar dongeng Kancil yang cerdik yang akan segera diceritakannya. Tujuannya agar ia tidak perlu repot mengulang cerita yang sama bila para pendengarnya sudah pernah mendengar dongeng Kancil yang cerdik. Atau ia tetap menceritakan dongeng yang sama akan tetapi ia akan melakukan perubahan di samna sini alias membuat versi baru. Untuk menanyakan hal itu sang pendongeng akan mengatakan, "Sudahkah sampai kepada kalian kisah Kancil yang cerdik?"


Bagaimana, apakah para pembaca kira-kira sudah mulai paham duduk masalahnya? Kalau belum, saya katakan bahwa ternyata cara yang digunakan Islam membuat Musa menjadi nabinya adalah MENDONGENGKAN kisah Musa yang didapatnya dari tempat lain. Dari surat At-Thaha ayat 9 ini kita tahu bahwa model narasi kisah Musa Alquran berbeda dengan narasi Alkitab Israel. Narasi Musa dalam Alkitab Israel adalah bagian dari rekaman sejarah pertumbuhan iman Israel di padang gurun sedang narasi kisah Musa yang ada di Alquran hanyalah dongeng yang diulang Muhammad agar ia kelihatan seakan sama dengan imam-imam rumah sembahyang Yahudi yang darinya orang-orang tertentu muncul dengan julukan nabi.


Dengan cara yang sama, dengan mendongengkan kisah tokoh Alkitab yang lain, umat Muslim menyangka seluruh nabi atau tokoh iman dalam Alkitab Yahudi dan Kristen dapat diklaim sebagai nabi Islam. Saya asumsikan, sekiranya Muhammad juga menceritakan kisah-kisah tokoh seperti Vohuman dan Krisna yang merupakan tokoh setara nabi dalam agama Persia dan agama Hindu, sangat mungkin Islam dan muslim akan mengimani Vohuman dan Krisna sebagai nabi Islam.


Sayangnya, meski muslim menganggap diri mereka orang yang paling berakal alias cerdas dalam hal beragama, namun mereka gagal memahami mengapa nabi-nabi dan Tuhan agama lain berubah menjadi nabi Islam. Bisa jadi pemikiran muslim terkekang kuat oleh surat Al-Maidah ayat 101 yang melarang muslim mempertanyakan Islam kepada Muhammad.



Komentar

Postingan Populer