Tuhan Islam Adalah Berhala Yamamah

Dari tulisan sebelumnya kita sudah tahu bahwa sosok yang disembah teman-teman muslim adalah oknum bernama Al Rahman. Nama ini terkonfirmasi oleh Allah swt sendiri melalui Al-Quran, surah Al-Fateha. Konfirmasi itu semakin meyakinkan manakala kitab-kitab klasik Islam lainnya turut menjadi saksi yang sama yang memperkuat pernyataan Al-Quran. Pertanyaannya, siapakah oknum di balik nama Al Rahman itu? Apakah ia sungguh Tuhan pencipta alam semesta atau hanya seonggok berhala belaka?


Di lingkungan bangsa-bangsa kuno yang daerahnya kita kenal saat ini sebagai wilayah timur tengah, masing-masing bangsa memiliki sesembahannya sendiri-sendiri. Tiap sesembahan itu mereka beri nama tertentu dan menyatakan masing-masing sesembahan itu sebagai Pencipta Semesta. Bangsa-bangsa tersebut masing-masing memberi gelar sanjungan kepada sesembahannya. Termasuk menyematkan sifat-sifat maha ini maha itu sehingga terkesan agung dan tak terjangkau akal dan fikiran manusia.


Orang-orang Funisia, orang-orang Keni dan orang-orang Filistine kuno tentulah mengklaim dewa-dewa mereka yang bernama Asyerah dan Baal dan Dagan pencipta semesta. Mereka juga menyanjung dewa-dewa itu dengan sifat maha kuasa, maha ada, maha hadir, dan lain-lainnya. Orang-orang Asyiria, orang Arab Utara mengklaim dewa Rihmon maupun Molokh sebagai pencipta semesta. Tak ketinggalan dengan yang sudah disebutkan sebelumnya, orang Mekah, orang Yamamah juga masing-masing mengklaim Al-Rahman maupun Al-Hubal sebagi pencipta semesta. Ini lumrah. Namanya juga keyakinan. Tapi, masalahnya, apakah keyakinan yang mereka pasang memang terbukti atau terverifikasi secara faktual? Wallahuallam!


Dan di dalam banyak diskusi yang saya lakukan dengan teman-teman muslim, klaim-klaim tak terverifikasi seperti di atas kadang membuat pekak telinga kita yang mengetahui sesembahan mereka seperti apa. Klaim yang hanya didasari iman buta. Klaim yang secara mekanis otomatik meluncur dari yang terpateri di benak teman muslim sejak kakek nenek mereka. Artinya muslim tidak beda dengan mereka yang tergolong sebagai para penyembah berhala kuno Arabia.


Di dalam Sirah Nabawiyah Ibnu Hisyam jilid 1, bab 56, halaman 250, dengan terang terdapat catatan yang mengungkapkan alasan mengapa orang Quraisy menolak dakwah Muhammad. Dalam catatan itu orang Quraisy menolak dakwah Muhammad dikarenakan, menurut orang Quraisy, Muhammad mendakwahkan/memperkenalkan satu jenis tuhan baru yang tidak pernah mereka imani sebelumnya. Dari catatan yang sama, tuhan yang didakwahkan Muhammad bukan tuhan yang dikenal orang Quraisy. Tuhan yang disembah dan diimani orang Quraisy sebagai pencipta semesta adalah berhala Al-Hubal yang bekas patungnya terletak di tempat Hajar Aswad sekarang. Tuhan Quraisy ini disapa secara umum dengan kata Allah. Dan kadang disapa dengan julukan lain yaitu Ar-Rabb alias 'tuan pemilik Mekah'.


Bagi Quraisy tidak ada Allah selain Al-Hubal. Itu sebabnya ketika Muhammad memperkenalkan nama Al-Rahman sebagai nama tuhan yang baru, orang Quraisy merasa aneh. Aneh karena menurut mereka itu adalah berhala bangsa lain atau berhala suku bangsa yang lain. Ekstrimnya, bagi orang Quraisy dewa Al-Rahman bukanlah tuhan yang sejati dibandingkan Al-Hubal yang telah mereka sembah sejak keberadaan kakek moyang mereka.


Pertanyaannya, mengapa Muhammad memperkenalkan tuhan jenis baru yang bernama Al-Rahman kepada orang Quraisy? Jawabnya sebenarnya sangat mudah bila kita melihat latar belakang asal-usul kesukuan Muhammad. Di mana secara kesukuan, Muhammad adalah keturunan para pendatang dari Yamamah. Kakek moyang Muhammad yang bernama Qussay bin Kilab yang aslinya datang dari Yamamah di abad ke-5 M. Sebagai pendatang tentu ia membawa budaya yang dihidupinya di tempat asalnya Yamamah, termasuk dalam hal keber-iman-annya. Artinya Qussay bin Kilab memasuki Mekah berikut imannya kepada tuhannya yang lama.


Di Mekah, posisi orang-orang yang berasal dari Yamamah ini termasuk diperhitungkan. Ini terlihat dari keberadaan bangunan Kabah yang memiliki tempat yang disebut Rukun Yamamah. Rukun Yamamah mengarah ke Yamamah atau Yaman sekarang. Sangat mungkin rukun Yamamah adalah tempat para pendatang Yamamah meletakkan altar tempat arca para dewa mereka. Di mana salah satunya diletakkan arca dewa Al-Rahman sebagai dewa tertinggi. Wikipedia mendaftarkan Al-Rahman sebagai dewa tertinggi pantheon Yamamah. Dan yang dicatat Wikipedia ini merupakan hasil-hasil telaah atas artefak sejarah yang digali dari wilayah Yaman sekarang.


Menurut catatan dalam Sirah Nabawiyah karya Ibnu Kathir, Yamamah adalah pusat perdagangan penting di Selatan Arabia. Para pedagang Yamamah kerab menyinggahi Mekah sebelum melanjutkan perjalanan ke daerah Sham atau Syria sekarang. Jangan heran bahwa pada mulanya Mekah telah terbentuk komunitas orang Yamamah sebelum Qussay berimigrasi dan pada akhirnya kelak menjadi tokoh penting di sana. Menurut catatan dari kitab yang sama, para pengikut Muhammad pun tidak jarang wara-wiri ke Yamamah. Ini menunjukkan hubungan Yamamah dan Mekah bukan barang baru bagi sejarah pembentukan Islam.


Meskipun muslim menolak mengakui Islam menyembah berhala Yamamah namun mereka tidak mungkin menolak bahwa sebelum Islam, Al-Rahman adalah dewa berhala Yamamah. Bukti forensik sejarah tidak mungkin dapat dinafikan begitu saja. Semua data forensik sejarah mengharuskan kita membuat kesimpulan yang demikian. Kesimpulan kita tidak mungkin dapat dianulir sebuah doktrin yang mengatakan Al-Rahman merupakan nama lain dari Allah swt. Sebab doktrin islam datang dan dikonstruksi oleh keyakinan muslim terhadap elemen ajaran Muhammad, dan bukan berdasarkan atas data-data forensik sejarah.


Ketika teman-teman muslim mendalihkan Al-Rahman adalah bagian dari 99 nama dalam Asma Al-Husna dan bukan sosok yang berbeda dari Allah swt, teman muslim sejatinya lupa bahwa orang Quraisy sudah memberi catatan peringatan untuk Muhammad bahwa Al-Rahman adalah tuhan lain di luar Allah. Orang Quraisy mengejek inkonsistensi Muhammad yang mengajarkan jangan menyembah dua tuhan. Orang Quraisy melihat Muhammad justru sedang melanggar ajarannya sendiri ketika mereka selalu mendengar Muhammad dan para pengikutnya menyebut-nyebut nama Al-Rahman dalam doa-doa mereka di samping nama Allah atau Al-Rabb. Itu artinya, keyakinan yang mengimani Al-Rahman merupakan nama lain dari Allah swt merupakan pembelokan atas fakta sejarah yang mula-mula.


Ada fakta lain yang rasanya sangat menohok yaitu di semua kitab Sirah Nabawiyah, Muhammad selalu dipanggil sebagai utusan Al-Rahman di samping dipanggil sebagai utusan Allah. Tidak satupun dari kitab yang menuliskan kisah hidup Muhammad yang kronologis mencatat Muhammad dipanggil menurut nama yang ada dalam Asma Al-Husna. Misalnya Muhammad dipanggil utusan Al-Jabbar. Atau utusan nama yang lain. Tidak ada sama sekali! Faktanya juga, kitab-kitab yang sama tak pernah menyebut Allah punya nama Al-Jabbar atau lain-lainnya yang ada dalam daftar Asma Al-Husna.


Bahwa Muhammad memahami Allah seperti orang Yahudi dan orang Kristen memahami kata yang sama, faktanya ya. Namun apa yang lebih jauh dipahami Muhammad tentang Allah jelas memiliki titik persimpangan dengan kedua umat ahli kitab ini. Titik persimpangannya adalah nama oknum di balik Allah yang dipahami itu. Orang-orang Yahudi dan Kristen jelas memahami Allah itu adalah YHVH yang sering dilafalkan Yahwe atau Yehwa sedangkan Muhammad memahami Allah adalah oknum bernama Al-Rahman yang sebelum Islam memang disembah masyarakat kuno Yamamah namun hanya berupa berhala astral belaka. Merujuk cara pemahaman ini, itu berarti Allah hanyalah sekedar sebutan umum bagi semua atau bagi masing-masing sesembahan setiap suku atau setiap bangsa yang dipandang sebagai pencipta semesta.


Malu ketika para kafir menuduh islam menyembah berhala, teman-teman muslim secara gegabah mengatakan islam menyembah sosok yang sama dengan disembah oleh dua bersaudara Yahudi dan Kristen. Teman-teman muslim lupa pada fakta kalau islam tidak pernah menyeru kepada nama yang sama dengan nama yang selalu diseru oleh orang-orang Yahudi maupun orang Kristen. Dan karena tidak ada nama yang diseru orang Yahudi dan orang Kristen di dalam islam, teman muslim malah mengototkan kata 'Allah' yang ada diterjemahan Alkitab Indonesia dan Malaysia sebagai 'bukti' kesamaan yang 'dipaksakan'. Teman muslim lupa bahwa kata Allah hanya kita ketemukan dalam terjemahan Alkitab Indonesia dan Malaysia. Di dalam terjemahan Alkitab dalam berbahasa yang lain, kata Allah tidak dikenal atau tidak digunakan, sementara nama Yahwe di mana pun selalu diketemukan.


Masuk akalkah islam menyembah sosok yang sama dengan yang disembah kaum ahli kitab bila Muhammad sendiri tidak sudi menggunakan nama yang selalu diseru oleh orang Yahudi dan orang Kristen? Ketidaksudian Muhammadmengindikasikan kalau islam memang sunggu-sungguhbukan menyembah sosok yang sama dengan sosok yang disembah oleh orangYahudi dan orang Kristen. Di dalam kitab tafsirnya, ulama islam bernama Al-Kurthubi mencatat kritikan orang Yahudi yang mempertanyakan mengapa tulisan-tulisan islam dan doa-doanya tidak pernah menyeru nama sesembahan mereka sebagaimana yang tertulis di dalam Alkitab. Sebagai orang yang tercatat sering menyambangi Midras Yahudi, mustahil Muhammad tidak tahu nama sesembahan orang Yahudi. Setidaknya Muhammad tidak mungkin tidak tahu bagaimana orang Yahudi menyebut nama sesembahannya. Kalau memang Muhammad hakkul yakin menyembah sesembahan yang sama dengan sesembahan Yahudi dan Kristen, tentulah setidak-tidaknya Muhammad meniru cara orang Yahudi menyeru atau menyapa nama sesembahannya. Sayangnya hal itu tidak terjadi dan bahkan perdebatan Muhammad soal nama sesmbahan dengan orang Yahudi pun tidak pernah terdengar.


Pada akhirnya, ketika mulai kehilangan akal, teman-teman muslim menggunakan pernyataan bahwa pencipta alam semesta pasti dan haruslah satu dan satu-satunya. Pernyataan ini sebenarnya cuma siasat teman muslim mengakali mata dan pikiran orang yang kurang jeli. Mereka membuat asumsi kalau pencipta alam semesta haruslah yang satu itu dan satu-satunya maka itu adalah Allah swt yang bernama Al-Rahman, padahal penyembah agama kodok pun pasti mengatakan kodoklah satu-satunya pencipta semesta. Orang-orang Jepang tradisional pun pasti mengatakan dewanya yang bernama Amaterasu itulah yang merupakan pencipta alam semesta, bukan Allah swt. Kalau sudah demikian, bagaimana sikap muslim? Apakah mereka masih mengklaim mereka menyembah sosok yang sama dengan yang disembah oleh orang Yahudi dan Kristen karena Al-Rahman diklaim islam sebagai sosok pencipta semesta sebagaimana orang Yahudi dan Kristen juga mengklaim Yahwe pencipta semesta. Kalau logika muslim demikian dapat dijadikan alasan pembenar maka tentulah islam menyembah sosok yang sama dengan sesembahan para penganut agama kodok atau agama shinto Jepang yang menyembah dewa Amaterasu!


Dari uraian di atas, jelaslah bahwa sosok Al-Rahman yang disebut Allah swt bukanlah sosok yang sama dengan Yahwe, melainkan sosok yang sama dengan dewa berhala kuno penduduk Yamamah dari mana keluarga moyang nabi islam berasal.








Komentar

Postingan Populer