Muhammad Nabi Buta Huruf

Perdebatan soal apakah Al-Quran itu firman tuhan atau bukan, sudah dimulai ketika Muhammad membacakan ayat-ayat Al-Quran dan memperdengarkannya kepada orang-orang Quraisy dan kepada orang-orang Yahudi. Orang-orang Quraisy dan Yahudi yang mendengarnya menolak mengakui Al-Quran sebagai firman tuhan. Sebaliknya mereka menuduh Al-Quran itu murni karangan Muhammad sendiri. Di antaranya mereka menganggap Al-Quran itu cuma syair biasa belaka, menganggap Al-Quran hanya dongeng yang diada-adakan belaka atau menuduh Al-Quran sebagai alat sihir belaka. Tuduhan-tuduhan seperti itu terekam di dalam Al-Quran sendiri. Misalnya ;


QS 6 : 7
Dan kalau kami turunkan kepadamu tulisan di atas kertas, lalu mereka dapat menyentuhnya dengan tangan mereka sendiri, tentulah orang-orang kafir itu berkata : "Ini tidak lain sihir dan dusta yang nyata."


QS 34 : 43
Dan apabila dibacakan kepada mereka ayat-ayat kami yang terang, mereka berkata : "Orang ini tiada lain hanyalah seorang laku-laki yang ingin menghalangi kamu dari apa yang disembah oleh bapak-bapakmu, dan mereka berkata, "(Al-Quran ini tiada lain hanyalah kebohongan yang diada-adakan saja. Dan orang kafir berkata terhadap kebenaran tatkala kebenaran itu datang kepada mereka, ini tidak lain hanyalah sihir yang nyata.


QS 6 : 105
Demikianlah kami mengulang-ulang ayat kami supaya(orang-orang yang beriman mendapat petunjuk) dan supaya orang-orang musyirk menyatakan : "Kamu telah mempelajari ayat-ayat itu(dari ahli kitab)," dan supaya kami menjelaskan Al-Quran itu kepada orang-orang yang mengetahui.


QS 52 : 33-34


ayat 33
Ataukah mereka mengatakan, "Dia(Muhammad) membuat-buatnya." Sebenarnya mereka tidak beriman.
ayat 34
maka hendaklah mereka mendatangkan kalimat semisal Al-Quran itu jika mereka orang-orang yang benar.


Ayat-ayat di atas merupakan bantahan yang dibuat Muhammad sendiri guna menghindari t keyakinan orang kafir yang menuduh bahwa Muhammad berdusta mengatakan Al-Quran adalah kata-kata Tuhan yang disampaikan melalui Jibril. Orang-orang kafir memastikan bahwa Al-Quran sesungguhnya hanyalah produk manusia biasa saja. Dari bantahan Muhammad ini kita mengetahui tuduhan-tuduhan apa saja yang dulunya dikeluarkan orang kafir kepada Muhammad beserta kitab karangannya.


Lain gaya Muhammad menolak tuduhan orang kafir lain pula gaya para ulama klasik dan umat muslim masa kini menolak tuduhan terhadap identitas asli pembuat kitab sucinya. Terhadap beberapa ayat Al-Quran, penafsir seperti Ibn Kurthubi menghubungkan begitu saja kata Ummi dengan buta huruf. Ibnu Abbas sebagai salah satu sumber periwayatan Islam yang penting menghubungkan kata Ummi dengan suatu suasana masyarakat yang tidak pernah membaca kitab suci. Jadi kata Ummi menurut Al-Abbas adalah 'bukan ahli kitab'. Terhadap keterangan Al-Abbas ini pun umumnya di artikan sebagai umat yang tidak bisa baca tulis. Umatpun kebanyakan tidak mau susah payah mencari dan menelaah arti yang sebenarnya.


Menggunakan ayat-ayat Quran seperti :


QS 7 : 157-158
(157)Yaitu orang-orang yang mengikuti rasul, sang nabi yang Ummi, yang mereka jumpai keterangan tertulis di dalam kitab taurat dan injil yang ada di tengah mereka.


(158) Katakanlah hai manusia, Berimanlah kalian kepada Allah, Rasulnya, sang nabi yang Ummi, yang beliau beriman kepada Allah dan kalimat-kalimatnya. Ikutilah beliau agar kalian mendapat petunjuk.


QS 62 : 2
Dialah yang mengutus kepada kaum yang Ummi seorang rasul di antara mereka, yang membacakan ayat-ayatnya kepada mereka, mensucikan mereka dan mengajarkan kitab dan hikmah.


QS 29 : 48
Dan kamu tidak pernah membaca sebelumnya sesuatu kitabpun dan tidak pernah menulis sesuatu(kitab) dengan tangan kananmu; andaikata (pernah membaca dan menulis) maka benar-benar ragulah orang yang mengingkari(mu).


para sarjana Islam dan kaum awam langsung memastikan kata Ummi dengan sifat buta huruf. Padahal jelas sekali QS 62 : 2 dikatakan bahwa Allah swt mengutus rasul(Muhammad) yang akan membacakan ayat-ayatnya dan mengajarkan kitab dan hikmah. Bagaimana caranya muhammad mengajarkan kitab kepada para pendengarnya jikalau ia sendiri tidak bisa membaca tulisan yang ada di dalam kitab tersebut? Tidak masuk akal, bukan?


Lagi pula sebagaimana yang dicatat di dalam sejumlah ayat Al-Quran, Allah swt kerap menyuruh Muhammad membacakan al-Quran kepada pengikutnya. Mungkinkah Allah swt begitu goblok memerintahkan orang yang tidak mampu membaca untuk membacakan ayat-ayatnya kepada manusia?


Ada fakta yang tidak dapat dipungkiri para sarjana dan umat islam yaitu yang berkaitan dengan banyaknya isi Al-Quran dan hadis-hadis yang merupakan tiruan atau plagiarisme dari sumber-sumber sebelum islam, baik dari sumber yang disebut agama Samawi seperti Yahudi dan Kristen, maupun dari sumber agama Pagan seperti Sabian, Persia, maupun dari agama-agama lokal yang pengaruhnya tidak begitu besar dalam budaya Arab. Kisah turunnya wahyu yang pertama sekali, tidak sulit dipahami merupakan sebuah pengembangan menyimpang dari isi Tanakh Yahudi yang bernama kitab Yesaya khususnya pasal 29 ayatnya yang ke-9 sampai ke-12. Mungkinkah tiruan yang hampir persis seperti ini dilakukan oleh orang yang sama sekali tidak mampu membaca? Tiruan yang nyaris persis dari Kisah para rasul 10 : 15 ke dalam Al-Quran surat At-Tahrim ayat 1 tidak mungkin ditiru oleh orang yang hanya sambil lalu mendengarkannya. Peniruan mendetail seperti ini tentulah melalui proses konfirmasi berkali-kali lewat kegiatan membaca teks Alkitab Kristen. Lewat membaca teks Alkitab, penyusun QS 66 : 1 tentu paham latar belakang dan maksud Kis 10 : 15. Hanya saja ketika ia menyusun QS 66 : , ia mencopot ayat dari konteksnya dan memasangkannya di atas latar belakang dan maksud yang baru.


Dari sisi karakter Muhammad yang Narsistik Megalomania, tentu ia tidak akan sudi kalah dari sahabat-sahabatnya yang memiliki kemampuan membaca. Lewat sahabat-sahabatnya ini Muhammad dengan mudah belajar baca tulis aksara dan bahasa Arab. Gak harus melalui lembaga resmi seperti Midras yang dimiliki orang Yahudi. Toh aksara dan bahasa Arab selama ribuan tahun ditransfer lintas generasi tanpa melalui lembaga resmi semacam sekolah Midras nya orang Yahudi atau sekolah seperti zaman sekarang yang penyelenggaraannya dipayungi oleh negara.


Karakter megalomania nabi islam ini berkali-kali tercatat di dalam hadis maupun riwayat hidupnya. Berkali-kali Muhammad mengatakan bahwa ia lebih berhak kepada Yesus atau tokoh-tokoh Alkitab Yahudi lainnya. Kata-kata Muhammad yang seperti ini merupakan refleksi karakter Muhammad yang menganggap dirinya jauh lebih unggul di atas siapapun. Bagaimana mungkin Muhammad mengoperasionalkan karakter megalomanianya itu dalam hal kemampuan membaca, apabila ia sendiri sedikitpun tidak mampu membaca dan menulis?


Kita tahu berdasarkan informasi hadis dan biografi Muhammad, nama seperti Waraqah bin Naufal memiliki peran sangat penting dalam munculnya kenabian Islam. Diinformasikan oleh sumber Islam terpercaya itu bahwa Waraqah bin Naufal, orang yang memastikan sosok antah berantah yang memiting Muhammad di goa Hiro itu Malaikat, adalah seorang Kristen Arab yang konon menterjemahkan Alkitab Yahudi dan Kristen ke dalam bahasa Arab. Orang ini paman Muhammad sendiri dan sepupu Khadijah. Muhammad intensif berhubungan dengan Waraqah. Bahkan Muhammad sempat tergoda melakukan bunuh diri karena putus asa sepeninggal Waraqah yang sudah uzur, di mana wahyu terputus beberapa saat. Cerita terputusnya wahyu beberapa saat setelah kematian Waraqah menunjukkan bahwa Waraqah paling tidak menjadi sumber peniruan Alkitab yang ada di Al-Quran.


Bisa saja Muhammad turut membantu Waraqah menterjemahkan Alkitab ke dalam bahasa Arab. Dalam hubungan yang cukup dengan Waraqah, apa saja bisa kita asumsikan sepanjang hal itu masuk akal. Termasuk mungkin Waraqah berniat dan mempersiapkan Muhammad sebagai pengganti dirinya yang sudah amat tua. Secara sederhana kita bisa mengatakan bahwa hubungan antara Muhammad dengan Waraqah seperti murid dan guru. Termasuk guru yang mengajari muhammad menulis dan membaca. Akibatnya, kematian sang guru wajarlah membuat Muhammad putus asa.


Menoleh kembali ke QS 29 : 48. Dikatakan bahwa Muhammad tidak pernah membaca Alkitab sebelumnya dan tidak pernah menulis kitab sebelumnya. Ini jelas pernyataan kontradiktif sebab berkali-kali Al-Quran menyatakan ayat-ayat Quran yang dibuat Muhammad didisain membenarkan Alkitab. Tentulah Muhammad harus memahami sebagian isi Alkitab sebelum punya kenekatan memastikan ayat buatannya membenarkan alias 'sinkron' dengan Alkitab. Bagaimana Muhammad merasa ayat buatannya sinkron dengan Alkitab bila sama sekali tidak pernah secara langsung mengkonfirmasikannya ke dalam Alkitab? Jadi, tidak salah ketika orang kafir menuduh Muhammad mengada-adakan Al-Quran.


Muhammad juga tercatat sering menyambangi Midras atau sekolah keagamaan orang Yahudi. Dari seringnya menyambangi Midras Yahudi ini tentulah Muhammad banyak mendengar cerita-cerita berbagai tokoh-tokoh Alkitab. Masuk akal mengapa Muhammad lebih banyak mencontek targum dan talmud Yahudi untuk menyusun cerita para nabi Alkitab ke dalam Al-Quran. Karena Midras Yahudi yang biasa disambangi Muhammad memang menekankan pengajaran Talmud dan targum. Akibatnya, nyata sekali, cerita tokoh Alkitab menjadi tidak lengkap dan bahkan beberapa di antaranya malah menyimpang setelah berada di dalam Al-Quran. Contoh, klaim Islam yang mengatakan Adam, Luth, Yakub adalah seorang nabi, tidak akan ditemui di Tanakh Yahudi maupun Alkitab Kristen. Hal ini baru ditemui dalam komentar-komentar para rabbi Yahudi yang terkompilasi di dalam Talmud dan Targum Yahudi.


Muslim mengulang-ulang klaim kebutahurufan Muhammad setiap saat tanpa lebih dulu mengkroscek hal itu ke dalam sumber-sumber terpercaya Islam yang paling awal. Beberapa hadis mencatatkan bagaimana Muhammad sekembali dari mengantarkan barang dagangan Khadijah, terlebih dahulu membereskan catatan jual beli sebelum pergi beristirahat. Dengan menggunakan catatan hadis, kitab-kitab biografi nabi Islam merekam bagaimana Muhammad melarang menghapus atau menyuruh mengganti kalimat tertentu dalam dokumen-dokumen perjanjian yang dibuatnya dengan tokoh-tokoh kafir Quraisy. Pertanyaannya, bagaimana Muhammad tahu bagian mana yang harus dipertahankan dan bagian mana pula dari perjanjian itu yang harus dihapus atau diubah jikalau Muhammad tidak bisa membaca tulisan yang digunakan dalam teks perjanjian itu? Tahu mana yang harus diubah maupun dipertahankan tentulah sebuah indikasi kuat yang menyatakan Muhammad tahu apa yang terdapat dalam tulisan itu alias melek huruf.


Dalam hal kebutahurufan Muhammad, ternyata fihak muslim terbelah pandangannya. Ada beberapa ahli Islam yang berpendapat bahwa Muhammad mustahil tidak bisa tulis baca. Salah satu di antara para ahli itu adalah Dr Quraisy Sihab yang terkenal dengan tafsir Al-Misbah nya. Yang menolak pandangan kebutahurufan Muhammad memiliki argumen yang didasari rasa malu. Mereka mengaitkan kebutahurufan sebagai sesuatu yang memalukan. Dan pengakuan seperti ini menurut mereka sama dengan memberikan amunisi tambahan bagi orang kafir untuk semakin menyerang dan menghina umat islam.


Bagi saya sendiri, Muhammad buta huruf atau tidak, tidak ada bedanya. Kedua-duanya sama bodohnya. Bila Muhammad melek huruf maka ia adalah sosok yang pasti sebagai penyusun Al-Quran dan seluruh dongeng-dongeng yang ada di dalamnya dengan mencontek bahan-bahan yang ada di dalam kitab Yahudi-Kristen. Biografi Muhammad sendiri juga mencatat berdasarkan riwayat yang Sahih, Muhammad sering mendatangi Jabr yang berasal dari Yunani untuk belajar Kristen. Kesalahan-kesalahan yang sangat banyak dijumpai di dalam Al-Quran tentu menjadi wajar di hadapan kritikus islam. Wajar karena muhammad adalah manusia Arab yang tidak mengenyam pendidikan. Tetapi Allah swt yang bernama Al-Rahman itu pun harus disalahkan buat kebodohannya yang menugaskan manusia bodoh mengemban tugas sebagai utusan. Lain halnya kalau muhammad diklaim bukan penggagas atau pengarang Al-Quran. Dalam hal ini maka keseluruhan kesalahan dan kekurangan Al-Quran pasti ditimpakan kepada tuhan islam bernama Al-Rahman. Apakah umat islam tidak malu bertuhankan sosok yang penuh kesalahan dan cacat dalam berfirman? Jangan lupa, bahwa kesalahan dan cacat dalam berfirman kembali dapat dijadikan pertanda kalau Al-Quran hadir mustahil tanpa peran muhammad.















Komentar

Postingan Populer